Kamis, 04 November 2010

new media dalam teknologi sinematografi

Bagaimana membuat cerita yang bagus?. Untuk sebagian besar orang yang baru terjun membuat naskah pasti merasa kesulitan. Namun berikut diuraikan kriteria-kriteria bagaimana membuat cerita yang bagus:
·         Dipersatukan dalam plot dan alur cerita.
Sebuah plot atau alur cerita yang disatukan dengan suatu urutan peristiwa dan kejadian yang berkesinambungan, dimana antara peristiwa satu dengan peristiwa lain terjadi secara wajar dan logis. Biasanya antara peristiwa-peristiwa tersebut merupakan suatu hubungan suatu sebab akibat yang kuat.
·         Masuk akal.
Seorang pembuat film dapat menciptakan sebuah cerita yang masuk akal/kebenaran dengan cara-cara sebagai berikut:
o   Kebenaran yang dapat dilihat secara lahiriah.
Kemiripan hidup seperti yang kita alami dan amati yang disampaikan secara nyata dan natural.
o   Kebenaran batin dari sifat manusia.
Film  jenis ini biasanya berakhir dengan happy ending. Dalam film ini orang-orang baik akan selalu menang dan yang jahat akan kalah. Dibuat demikian karena mengandung apa yang dinamakan “kebenaran batin” .
o   Kemiripan artistik dari kebenaran.
Cerita yang menjadikan sesuatu yang tidak masuk akal menjadi sesuatu yang dapat dipercayai.
·         Menarik.
Cerita film yang menarik adalah yang mampu mengikat perhatian penonton.
·         Ketegangan atau suspense.
Untuk mengikat dan mempertahankan perhatian biasanya dengan memunculkan rasa ingin tahu penonton. Rasa ingin tahu tersebut dapat menimbulkan ketegangan sehingga timbul dorongan yang membuat penonton mengituti arus jalan cerita secara terus-menerus.
·         Aksi atau gerak.
Aksi tidak terbatas pada gerak fisik saja seperti perkelahian, pertempuran, pengejaran, dll. Tetapi juga dapat berupa aksi batiniah atau emosional yaitu aksi berlangsung dalam fikiran.
·         Sederhana sekaligus kompleks.
Teknik yang digunakan oleh pembuat film yang merupakan perpaduan antara kesederhanaan dan kompleksitas. Mereka mengkomunikasikan cerita dengan cara sederhana, jelas dan langsung tetapi juga merangsang fikiran penonton.
·         Mampu menahan diri dalam mengolah materi emosional.
Kemampuan untuk menahan diri dalam mengolah emosi cerita serta tidak melebih-lebihkan diperlukan sehingga penonton tidak merasa termanipulasi. Bahan emosional yang berlebihan justru malah akan membuat reaksi penonton tidak sesuai dengan harapan pembuat cerita. Tetapi juga tidak boleh terlalu rendah (understatement), karena penonton akan merasa direndahkan. 
Judul memiliki arti penting bagi penonton sebelum menonton film. Namun setelah film ditonton maka arti judul biasanya berbeda, akan lebih kaya dan mendalam. Judul adalah sebuah pintu gerbang. Tertarik atau tidaknya penonton pada sebuah film bisa jadi dari judulnya.
Macam-macam sifat dan model dari judul :
§  Striking statement
Judul yang mengejutkan, yang biasanya bombastis dan sensasional.
§  Menggunakan nama tokoh utama.
Judul model ini sangat efektif untuk menarik perhatian penonton namun sudah dapat tertebak.
§  Ironi
Mengutarakan ide yang merupakan kebalikan dari arti yang hendak disampaikan.
§  Mengarahkan perhatian penonton pada sebuah adegan kunci.
Dengan demikian memikirkan kemungkinan arti sebuah judul film setelah menonton film adalah bermanfaat.
Tema berfungsi sebagai faktor dasar pemersatu film. Menentukan tema sering merupakan sebuah proses yang sulit. Kita tidak bisa mengharapkan tema akan diungkap secara jelas di pertengahan film. Biasanya setelah melihat keseluruhan film kita akan mengetahui tema dari film tersebut.
Penggunaan kata tema pada film, sama seperti penggunaan pada novel, drama atau puisi. Tema dapat berarti ide pokok, persoalan, pesan, atau suatu pernyataan yang mewakili keseluruhan. Namun dalam ruang lingkup film terutama yang berkembang di Amerika, tema diartikan sebagai persoalan pokok atau sebuah fokus dimana film dibangun. Dalam film, persoalan pokok atau fokus dapat dikategorikan sebagai berikut:
§  Plot sebagai tema.
Film yang dibangun dengan plot sebagai tema memberikan penekanan kepada peristiwa-peristiwa yang terjadi. Seperti misalnya film petualangan atau detektif, film-film seperti ini ditujukan memberikan kesempatan kepada kita untuk sejenak melarikan diri dari kebosanan dan kejemuan dari kehidupan sehari-hari. Kejadian dan aksi-aksi dalam film seperti ini harus mampu menggugah dan berlangsung cepat. Tokoh-tokoh, ide, dan efek emosional dari film ini ditentukan oleh plot. Dan yang terpenting dari film ini adalah hasil akhirnya.
§  Efek emosional/suasana sebagai tema.
Pada film ini menggunakan efek emosional/suasana yang sangat khusus sebagai fokus atau landasan struktural. Biasanya tidak terlalu sulit untuk mengenali suasana atau emosi utama yang menguasai seluruh film.
§  Tokoh sebagai tema.
Film dengan penggambaran suatu tokoh tunggal yang unik melalui akting dan dialog. Daya tarik dari tokoh ini terkandung dalam sifat dan ciri-ciri yang membedakan mereka dari orang-orang biasa. Tema film-film seperti ini dapat dikemukakan dalam pemaparan singkat dari tokoh utama, dengan memberikan tekanan pada aspek-aspek luar biasa dari kepribadian tokoh tersebut.
§  Ide sebagai tema.
Film yang mengangkat berbagai aspek kehidupan dan pengalaman atau keadaan manusia menjadi sebuah tema film. Terkadang sangat sulit menebak tema film jenis ini, namun dapat dilakukan dengan mengidentifikasi secara teliti subyek abstrak dari film tersebut dalam satu kata ataupun kalimat seperti misalnya: cemburu, kemunafikan, prasangka, dll.
§  Jika kita ingin mengembangkan penemuan tema terhadap film jenis ini, dapat dengan berpedoman pada kategori berikut:
o   Tema sebagai sebuah pernyataan moral. Film seperti ini memiliki maksud untuk meyakinkan kita tentang kebijaksanaan atau prinsip moral tertentu dan mengajak kita untuk menerapkan prinsip tersebut dalam tingkah laku kita.
o   Tema sebagai sebuah pernyataan tentang hidup. Film seperti ini memfokuskan diri pada penunjukan sebuah “kebenaran tentang hidup”. Selain itu juga memberikan komenar tentang fitrah pengalaman manusia atau penilaian tentang keadaan manusia. Umumnya film jenis ini mencoba menambah perbendaharaan baru pada pengertian kita tentang hidup tanpa memberikan suatu pernyataan moral yang khusus, tetapi dengan memberikan petunjuk-petunjuk.
o   Tema sebagai sebuah pernyataan tentang sifat manusia. Berbeda dengan film yang mengangkat tokoh sebagai tema dimana tokoh adalah seorang pribadi yang unik dan berbeda dari orang-orang biasa. Film ini justru menunjukkan sifat-sifat manusia yang universal dan mewakili sifat manusia secara umum.
o   Tema sebagai komentar sosial. Film ini ditujukan untuk membuat perubahan sosial.
o   Tema sebagai sebuah teka-teki moral atau falsafi. Film seperti ini berkomunikasi terutama melalui lambang-lambang dan citra-citra . Untuk penafsiran pada film jenis ini sangat bersifat subyektif.
Karakter tokoh yang kuat dan jelas akan membantu pencapaian kesan dari tema yang disodorkan. Apapun bentuk dan wujud tokoh itu, apakah dia seorang manusia, binatang, benda mati seperti kayu atau batu, wayang, kartun, semua harus dapat diterima dan logis.
Banyak cara untuk menggambarkan tokoh agar sesuai dengan tema yang dikemukakan. Yangpertama dapat dengan secara langsung diceritakan. Cara ini yang paling mudah namun memerlukan kejelian dalam mencari titik fokus penggambaran dan mencari kata-kata yang tepat untuk melukiskannya. Cara kedua adalah dengan dialog tokoh dengan lawan mainnya. Dari dialog dapat diketahui apakah tokoh temperamental, penyabar, pendendam, dll. Caraketiga dapat dengan cara menggambarkan tingkah laku tokoh. Ketika dia bereaksi terhadap suatu stimultan, gerak-geriknya ketika melakukan sesuatu, tergambarkan dengan jelas.dan masih banyak cara lainnya. 
Jika kita tidak memperhatikan unsur-unsur yang paling manusiawi dalam sebuah film, atau tidak tertarik pada tokoh-tokoh dan karakter-karakternya maka kecil kemungkinan bahwa kita akan tertarik pada film itu sebagai suatu keseluruhan.  Supaya dapat menarik, tokoh-tokoh haruslah masuk akal, dapat difahami dan menonjol.
Karakterisasi dapat dilihat atau ditunjukkan melalui :
§  PenampilanKarakter yang dapat direka dari penampilan fisik (kesan visual) dari seorang tokoh, seperti pakaian yang dikenakannya, perawakan tubuhnya, dll. Dari penampilan dapat diketahui kaya atau miskin, baik atau jahat, rapi atau lusuh, menarik atau tidak menarik, dll.
§  DialogKarakter yang direka dari kalimat-kalimat yang diucapkan saat tokoh berdialog dengan tokoh lain. Serta bagaimana cara tokoh tersebut berucap. Fikiran, sikap dan emosi tokoh terlihat dari cara memilih kata dan tinggi rendah intonasi. Dari dialog dapat diketahui daerah asal, tingkat pendidikan, hobi dll.
§  Aksi eksternalKarakter yang direka dari melihat bahasa tubuh tokoh. Apakah tokoh tersebut ceroboh atau tidak, kaku atau luwes, percaya diri atau tidak, dll.
§  Aksi internalKarakter yang direka melalui aksi batin tokoh. Aksi batin ini berlangsung dalam fikiran dan emosi tokoh terdiri dari fikiran-fikiran yang tidak diucapkan, angan-angan, aspirasi, kenangan, ketakutan, fantasi dan harapan. Realitas batin dapat ditunjukkan melalui gambar atau suara kalbu sang tokoh, dengan kilasan-kilasan, dll.
§  Reaksi tokoh-tokoh lainApakah dia seorang terkenal atau biasa, disayang atau dibenci, dikagumi atau diremehkan, dll.
§  Nama tokohDapat diketahui daerah asal tokoh. Apakah dia orang jawa atau bali, indonesia atau amerika, kota atau desa, dll.
§  Identitas tokohApakah dokter atau guru, direktur atau kuli, pelajar atau pengangguran, dll.
Jika dalam suatu film tidak ada konflik maka tidak akan ada ceritanya. Konflik adalah sumber utama sebuah cerita. Unsur inilah yang mengikat perhatian kita saat menonton suatu film. Ada dua tipe konflik yaitu eksternal dan internal. Eksternal jika konflik tersebut melibatkan unsur lain dalam film dan internal jika terjadi hanya dalam diri tokoh. 

Alur dan Plot

Alur cerita atau yang sering kita sebut plot adalah bangunan sebuah cerita. Berbagai cara dapat dilakukan untuk membangun sebuah cerita.
·         Sirkuler
Sebuah plot cerita yang dimulai dari A dan kembali lagi ke A.
·         Linear
Sebuah plot cerita yang dimulai dari titik awal dan maju terus hingga titik akhir cerita.
·         Foreshadowing
Sebuah plot yang bercerita tentang kejadian yang akan terjadi di masa datang, loncat pada kejadian lain dan pada penutup bercerita kembali tentang kejadian yang sudh diceritakan di depan.
·         Flashback
Menceritakan kejadian di masa lampau.
Untuk membangun struktur sebuah cerita yang menarik maka dapat dihadirkan suspens atau kejutan. Dapat berupa kejutan yang sederhana ataupun yang mampu mengembangkan rasa penasaran penonton. Suspens yang terpelihara dengan baik dapat mengukuhkan struktur dramatik sebuah cerita.
Struktur dari sebuah cerita dapat terdiri dari:
·         Eksposisi, memberikan gambaran selintas mengenai cerita yang akan terjadi, tokoh yang memerankan, dll.
·         Konflik, saat dimana tokoh mulai terlibat dalam suatu permasalahan.
·         Klimaks,  puncak dari pokok permasalahan
·         Resolusi, pemecahan permasalahan.
Setting adalah waktu dan tempat dimana cerita sebuah film berlangsung. Setting pada umumnya merupakan unsur yang paling berpengaruh pada unsur lain seperti tema, visual efek, kostum, dll.
Empat  faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan setting :
§  Faktor temporal (waktu), masa saat cerita itu terjadi.
§  Faktor geografik, tempat dimana cerita terjadi.
§  Faktor ekonomi yang berlaku saat itu.
§  Faktor adat dan budaya yang berlaku saat itu.

Musik dalam film sangat berperan dalam menciptakan suasana atau mood sebuah  film. Dari musik yang ada pada film kita dapat mengetahui apakah film itu bernuansa ceria, sedih, mencekam, menegangkan, lucu dan sebagainya. Ada beberapa fungsi  musik dalam film, antara lain :
§  Musik tema atau Theme musicMusik yang menggambarkan watak atau suasana keseluruhan suatu film. Musik tema sering digunakan sebagai musik pengenal. Dengan demikian setiap kali kita mendengar musik tertentu, kita akan tahu atau ingat film apa yang sedang diputar.
§  Musik transisiMusik yang menghubungkan dua adegan. Durasinya tidak perlu panjang dan disesuaikan dengan suasana film.
§  Musik jembatan atau BridgeMusik yang menjembatani dua adegan dengan suasana yang berbeda. Misalnya adegan yang sedih diikuti adegan gembira maka musik yang digunakan adalah musik dengan suasana gembira.
§  Musik latar belakang atau background musikMusik yang mengiringi adegan yang sedang berlangsung. Tujuannya agar adegan yang berlangsung dapat lebih meresap ke hati penonton. Musik pengiring berupa musik instrumentalia, suaranya tidak boleh terlalu keras sehingga dialog tidak terdengar oleh penonton.
§  Musik smashMusik yang digunakan untuk membuat kejutan atau tekanan. Biasanya terdapat pada film tegang atau horror.
Selain fungsi-fungsi diatas masih terdapat fungsi lain yaitu:
§  Untuk menutupi kelemahan dalam sebuah film
§  Untuk menciptakan efek damatik atau efek dialog.
§  Untuk mendukung kisah batin.
§  Untuk memberikan kesan waktu dan tempat.
§  Untuk membayangkan peristiwa yang akan terjadi.
§  Untuk membina ketegangan dramatik.
§  Untuk menambah arti pada kesan visual.
Penulisan penyajian musik dalam naskah :
§  IN – UP – NORMAL – DOWN – OUT
Musik masuk, meninggi ke arah normal kemudian menurun dan hilang.
§  IN – UP – UNDER – DOWN – OUT
Musik masuk, meninggi ke arah under (setengah dari normal) kemudian menurun dan hilang.
§  IN – UP – DOWN – OUT
Musik masuk dan hilang.
§  IN – UP – UNDER
Musik masuk dan menjadi background.
Untuk bisa menghasilkan suara yang baik diperlukan jenis mikrofon  yang tepat. Jenismikrofon  yang akan digunakan dipilih yang mudah dibawa dan peka terhadap sumber suara, tetapi harus mampu meredam gangguan suara dari luar.
Beberapa petunjuk yang harus diperhatikan dalam mempersiapkan dan memilih mikrofon :
§  Dekatkan mikrofon yang akan digunakan dengan sumber suara dan perhatikan arah mikrofonnya
§  Hati-hati dan  perhatikan saat pemasangan mikrofon supaya tidak ada suara yang tidak diperlukan masuk kedalam daya tangkap mikrofon dan jangan lupa gunakanwindscreen, untuk keperluan menutup suara akibat dari gangguan angin.
§  Perhatikan pula kemungkinan timbulnya gema didalam ruangan, disarankan agar lebih baik mengikuti gerakan sumber suara, untuk keperluan ini gunakan jenis mikrofon dengan poleboom atau fishpole.
§  Untuk tempat yang banyak gangguan suara gunakan jenis mikrofon unidirectional, karena jenis ini hanya dapat menangkap suara dari satu arah saja, sedangkan untuk lokasi yang tenang dapat digunakan jenis nondirectional, karena jenis ini dapat menangkap suara dari segala arah.
Tata cahaya sama pentingnya dengan tata kamera dan teknik-teknik khusus yang lain. Dengan mengendalikan intensitas cahaya, arah dan tingkat pemancaran cahaya,  seorang sutradara dapat menciptakan kesan ke dalam ruang, menegaskan dan membentuk sosok serta menyampaikan suasana emosional. Oleh karena itu, cara penyinaran sebuah adegan merupakan faktor penting dalam menentukan apakah secara dramatik  penyinarannya efektif atau tidak.
Ada dua istilah yang dipergunakan untuk membedakan intensitas cahaya:
Tata pencahayaan dimana sebagian besar set berada dalam lingkupan bayang-bayang, sedangkan subyek didefinisikan oleh beberapa penyinaran tinggi.  Tipe ini cocok untuk memperdalam ketegangan atau menciptakan suasana murung dan sering digunakan dalam film misteri atau horor.
Tata pencahayaan dimana lebih banyak memperlihatkan bagian-bagian yang cerah dibanding dengan bagian yang diliputi bayang-bayang, sedangkan subyek terlihat dalam warna separuh kelabu dan cerah, dengan kontras cahaya yang jauh lebih kecil.  Tipe ini cocok untuk film komedi dan film-film ringan seperti musikal.
Adegan-adegan dengan pencahyaan kontras, dengan perbedaan ruang liput bagian yang gelap dan cerah yang luas sekali, lebih menghasilkan gambar yang lebih kuat dan dramatik dibanding dengan yang disinari secara merata.
Arah cahaya juga memainkan peranan penting dalam menciptakan citra visual. Penyinaran dari atas menciptakan efek yang sangat berbeda dengan penyinaran dari samping. Penyinaran dari belakang  juga menghasilkan efek berbeda dengan penyinaran dari depan.
Terdapat tiga karakter atau sifat cahaya:
§  Cahaya yang kuat, langsung dan tajam
§  Cahaya menengah dan seimbang
§  Cahaya yang berpencar dan lunak
Untuk detailnya jika ada request akan dibahas ditulisan berikutnya.

Sedikit Ringkasan

§  Melakukan kegiatan analisa terhadap sebuah film tidak akan menghancurkan keindahan dan kemenarikan dari film tersebut.
§  Salah satu keuntungan dari menganalisa film adalah kita dapat mengawetkan pengalaman yang diberikan sebuah film dalam fikiran kita sehingga dapat kita simpan lebih lama dalam ingatan.
§  Dalam kegiatan apresiasi film, ketika kita menonton film maka akan terjadi dua peristiwa pada diri kita. Pertama kita akan hanyut dalam cerita dan alur film dan pada saat yang sama kita harus mempertahankan tingkat obyektifitas dan daya kritis kita.
§  Jika kita tidak memperhatikan unsur-unsur yang paling manusiawi dalam sebuah film, atau tidak tertarik pada tokoh-tokoh dan karakter-karakternya maka kecil kemungkinan bahwa kita akan tertarik pada film itu sebagai suatu keseluruhan.
 Teknologi Sinematografi
Kemajuan teknologi akan terus berkembang, demikian juga dengan teknologi sinematografi, sehingga kini dikenal dengan sinematografi digital. Kemajuan ini tentu saja akan lebih memudahkan para sineas dalam berkarya. Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris cinematograhy yang berasal dari bahasa latin kinema ‘gambar‘. Sinematografi sebagai ilmu serapan merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung gabungkan gambar tersebut hingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide.

Sinematografi memiliki objek yang sama dengan fotografi yakni menangkap pantulan cahaya yang mengenai benda. Karena objeknya sama maka peralatannya pun mirip. Perbedaannya fotografi menangkap gambar tunggal, sedangkan sinematografi menangkap rangkaian gambar. Penyampaian ide pada fotografi memanfaatkan gambar tunggal, sedangkan pada sinematografi memanfaatkan rangkaian gambar.Jadi sinematografi adalah gabungan antara fotografi dengan teknik rangkaian gambar atau dalam senematografi disebut montase atau montage.
Kemajuan teknologi Sinematografi
Tentang Sinematografi
Sejarah sinematografi sangat panjang, namun di sini tidak akan dibahas tentang “perjalanan” sinematografi dari awal. Kemajuan teknologi akan terus berkembang, demikian juga dengan teknologi sinematografi, sehingga kini dikenal dengan sinematografi digital. Kemajuan ini tentu saja akan lebih memudahkan para sineas dalam berkarya. Sebelum lebih lanjut membahas sinematografi, baiknya kita fahami dulu makna dari sinematografi itu sendiri.Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris cinematograhy yang berasal dari bahasa latin kinema gambar. Sinematografi sebagai ilmu serapan merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung gabungkan gambar tersebut hingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide.
Sinematografi memiliki objek yang sama dengan fotografi yakni menangkap pantulan cahaya yang mengenai benda. Karena objeknya sama maka peralatannya pun mirip. Perbedaannya fotografi menangkap gambar tunggal, sedangkan sinematografi menangkap rangkaian gambar. Penyampaian ide pada fotografi memanfaatkan gambar tunggal, sedangkan pada sinematografi memanfaatkan rangkaian gambar.Jadi sinematografi adalah gabungan antara fotografi dengan teknik rangkaian gambar atau dalam senematografi disebut montase atau montage.
D.O.P
D.O.P atau Director of Photography adalah seorang seniman yang melukis dengan cahaya. Dia harus familiar dengan komposisi dan semua aspek teknik pengendalian kamera dan biasanya dipanggil untuk menyelesaikan permasalahan teknis yang muncul selama perekaman film. D.O.P sangat jarang mengoperasikan kamera. Kerja D.O.P sangat dekat dengan sutradara untuk mengarahkan teknik pencahayaan dan jangkauan kamera untuk setiap pengambilan gambar. Itu adalah salah satu alasan utama kita untuk berusaha mendapatkan uang untuk menjadi entertain. Karena jika bukan untuk bakat dan pengetahuan sinematografer tidak ada jalan untuk membuat dunia kata-kata penulis kedalam gambar yang bisa dilihat oleh semua orang” demikian kata Sinematografer Michael Benson.
Banyak orang berpikir bahwa sutradara mengatur seorang aktor apa yang harus dia lakukan dan D.O.P mengambil gambar. Ini benar, tetapi ada banyak lagi proses selain hal tersebut. Perubahan dari script ke dalam layar lebar adalah melalui lensa seorang D.O.P. Pembuatan film adalah bekerja bersama dengan apa yang ada disana, dan memfilter apa yang ada disini melalui suatu alat yang disebut kamera. Sampai frame pertama digunakan, ini hanyalah sebuah kontrak, ide, konsep, script dan harapan.
Sinematografi tidaklah hanya melihat melalui kamera dan mengambil gambar. Namun tentu saja memerlukan mata yang tajam dan imaginasi yang kreatif. Ini juga memerlukan pengetahuan tentang kimia dan fisika, persepsi sensor yang tepat dan tetap fokus kepada detail. Hampir dari semua itu memerlukan kemampuan untuk memimpin dan juga mendengar, untuk menjadi bagian dari tim kreatif dan proses, dapat dengan memberikan saran yang membangun dan kritis. Sinematografer memerlukan waktu yang panjang dalam pekerjaannya dan memerlukan pengamat, waktu yang pendek untuk masuk ke dunia yang baru
Bekerja dengan Sutradara
Tanggung jawab utama dari D.O.P adalah untuk menciptakan jiwa dan perasaan dalam gambar dengan pencahayaan mereka. Tergantung kepada gaya sutradara, anda dapat memutuskan untuk memilih penampilan film anda sendiri, atau, biasanya setelah meeting dengan sutradara dan biasanya dilakukan bagian artistik yang anda pilih untuk mengatur teknik pencahayaan yang sesuai. Atau sutradara memiliki ide sendiri seperti apa bentuk film ini dan ini akan menjadi tugas D.O.P untuk memenuhi keinginan ini. Semua jalan kerja yang berbeda-beda ini hanyalah panduan yang menyenangkan dalam usaha untuk memenuhi harapan sutradara dan memberikan apa yang dia inginkan dan semoga memberikan kebanggaan dan kesetiaan seorang sutradara.
Sutradara dan sinematografer seharusnya secara konstan berdiskusi tentangangle kamera, warna, pencahayaan, blocking dan pergerakan kamera. Sutradara tahu apa yang dia inginkan. Bagaimana dia mengerjakan ini biasanya tergantung kepada sinematografer. Sinematografer menawarkan ide dan menerima penolakan. Sutradara adalah kapten dari kapal. Seberapa banyak atau sebatas mana kolaborasi yang dia inginkan adalah keputusannya
Sinematografer Darius Khondji mengatakan ”Saya melihat pekerjaan saya adalah untuk membantu director dalam memvisualisasikan film. Ini akan menjadi proses yang terus-menerus, ada banyak hubungan dengan sutradarara tidak hanya sebatas profesional, sering kali menjadi teman dekat dalam kolaborasi kami.
Sebagai seorang manager, saya mempelajari banyak hal tentang bagaimana mengatur orang. Saya belajar bagaimana merencanakan dan apa peran penting sebuah tim. Saya belajar cara menangani lokasi, bekerja sebagai AD, mengendarai mobil, dan sebagian pertunjukan, bahkan sebagai pemegang kunci. Semua posisi adalah pelajaran yang tidak ternilai,” kata Neil Roach.
Salah satu pelajaran terpenting yang telah dipelajari Neil Roach sepanjang karirnya tentang pembuatan film adalah mengenai kolaborasi. “Saat anda bekerja dengan sutradara yang tepat, anda dapat menghasilkan kerja yang menakjubkan” Dia berkata, “Tidak menjadi masalah dengan sutradara, yang harus anda lakukan adalah anda bekerja yang terbaik. Karena tugas alami seorang kameramen adalah selalu berkata ‘tidak’. Tidak, anda menginginkan terlalu banyak cahaya. Atau ‘tidak’ anda tidak dapat melakukan ini dan itu. Dalam hati, saya selalu menggambarkan ini untuk menyenangkan diri saya sendiri, dan memperoleh apa yang saya inginkan pada waktu yang sama, memberikan pegawai apapun yang mereka inginkan.”
Sebagai seorang kepala departemen senior, D.O.P diharapkan dapat menjadi contoh keseluruhan unit. Sering kali hanya individu dari sinematografer yang bekerja sebatas kualitas fotografi saja. Ketepatan waktu, perilaku kru, pakaian, kesopanan semua menjadi satu, setidaknya bagian dari D.O.P sehingga mereka menetapkan standar profesional untuk setiap kru. D.O.P bertangung jawab untuk semua hal yang berkaitan dengan fotografipencahayaan film , exposure, komposisi, kebersihan, dll, yang semua itu adalah tanggung jawab mereka
Operator kamera memainkan peran yang terpenting dalam membuat film dengan sutradara. Seorang operator pemula akan tidak percaya diri dengan sutradara. Ada segitiga sutradara, kamera (dan operator) , serta aktor” Michael Benson menjelaskan “Saat segitiga tersebut rusak, jalur komunikasi juga akan rusak. Ini dapat menjadi berbagai bentuk, tetapi segitiga tersebut adalah hal terpenting dari film dan pencerita dapat berafiliasi dengan ini. Operator adalah orang yang tahu jika suatu pengambilan sudah fokus. Saat ini ada suatu kesalahan bahwa teknologi dapat membetulkannya. Tetapi jika pengambilan tidak fokus, tidak ada teknologi yang dapat merubah supaya fokus”
Grip
Grip bertanggung jawab pada dolly track dan semua gerakan yang dilakukannya. Dia juga bertanggung jawab untuk memindahkan tripod untuksetup selanjutnya: focus puller biasanya bersama dengan kamera. Salah satu hal terpenting adalah kamera tidak boleh dipindahkan saat dia masih berada di tripod. Grip juga bertanggung jawab terhadap gedung, atau mengatur gedung, mengawasi gedung, setiap konstruksi yang diperlukan untuk mendukung jalur atau pergerakan kereta supaya bisa berjalan. Tingkat dan kerataan kerja dorongan track adalah kunci sukses pengambilan gambar. Perawatan jalur dolly dan peralatannya adalah tugas grip. Mereka akan sering membangun atau membuat beberapa hal kecil untuk memperbaiki kamera di hampir setiap objek
Gaffer
Gaffer adalah seorang kepada elektrik dan akan bekerja langsung dengan D.O.P. Beberapa D.O.P akan menentukan bentuknya dan pintu gudang danyang tidak dia inginkan- ini tergantung kepada bagaimana mereka ingin bekerja bersama, Sering D.O.P akan dekat dengan gaffer daripada anggota kru lain. Mereka sangat vital untuk kesuksesannya
Sejak pertama kali sinematografer Ward Russell “naik“ menjadi Director Photography, dia memberikan nasihat kepada gaffernya “Saya selalu memberitahukan kamu bahwa kamu dapat belajar dari bayangan daripada dengan melihat cahaya Anda dapat mengatakan arah, kelembutan, intensitas, dan perbandingan kepada bayangan. Bayangan memberikan kamu kontras dan kontras yang memberikan kamu bentuk dan drama. Exposure saya selalu sesuai, tidak lebih, seberapa detail saya ingin melihat dalam bayangan sama dengan seberapa terang saya ingin dari cahaya. Untuk saya, sekali anda memiliki titik yang tepat untuk cahaya, proses kreatifnya adalah seberapa banyak cahaya yang dapat anda ambil
Kamera Film
Manusia telah dibohongi oleh film selama berabad-abad. Salah satu alasannya adalah oleh satu peralatan kecil sederhana (yang juga merupakan peralatan dasar sinematografer), kamera film, untuk merekam langsung dari imaginasi kita. Hal pokok dari kamera film adalah beberapa kotak, salah satunya dengan lensa di depan dan mekanisme yang dapat ditarik sesuai dengan lama film setidaknya enam belas kali setiap detik
Hal lainnya memiliki panjang yang sesuai untuk mekanisme film, dengan ruang yang tersisa untuk mengambil gambar setelah exposure. Saat gambar-gambar dari alat ini diproyeksikan oleh mekanisme yang sesuai, mereka memberikan representasi dari scene asli dengan semua pergerakannya yang ada didalamnya untuk ditampilkan dengan benar.
Bagian mesin yang sangat tepat ini memiliki sejumlah fungsi, yang masing-masing memerlukan pemahaman dan perawatan, dari kamera untuk tetap menghasilkan yang terbaik dan konsisten. Seorang kameramen pemula harus mencoba untuk familiar dengan itu semua dan nyaman dengan pengoperasian kamera, sehingga dia dapat berkonsentrasi untuk aspek kreatif dari cinematography. Pergerakan mekanisme film adalah berbeda dengan kamera saat hanya sebagai sebuah kamera. Ilusi dari pergerakan gambar diciptakan oleh pergantian fotografi yang cepat
Menghasilkan gambar yang bergerak cepat dengan panjang tertentu dari gambar yang ada adalah yang menjadi perhatian dari pandangan manusia. Jika gambar dipancarkan ke retina, mata manusia akan melihat gambar, singkatnya, secara keseluruhan dan seterusnya, untuk periode yang singkat, gambar akan tetap berada di dalam manusia saat menjadi redup atau menghilang.
Jika gambar kedua ditembakkan ke retina manusia akan dapat melihat dua gambar yang berkelanjutan tanpa ada sorotan yang pertama.. Proses flashing gambar yang berkelanjutan ini akan membuat otak menganggap tidak ada jarak antara dua gambar tersebut dan pergerakannya lembut. Laju flashing gambar ke mata adalah sepuluh flash setiap detiknya, dalam laju ini efek kedip akan tidak terasa. Hanya di sekitar enam belas atau delapan belas gambar baru per detik yang menyebabkan pergerakan dianggap sebagai suatu pergerakan yang dapat diterima dan efek kedip dapat dikurangi sampai ke titik yang dapat diabaikan.
Seiring pergantian abad, laju frame menjadi 18 frame per detik (fps) menjadi sesuatu yang umum. Saat ini baik kamera dan proyektor masih dengan tuas tangan dan memiliki kecepatan 2 putaran per detik yang akan menghasilkan laju frame, yang sangat nyaman.
Judul Film
Denias, senandung di atas awan
Sutradara
John De Rantau
Pemeran
Albert Fakdawer; Ari Sihasale; Audrey Papilaya; Mathias Muchus; Marcella Zalianty; Michael Mohede
Keterangan Publikasi
Jakarta: Alenia Pictures - EC Entertainment, 2006
Penulis Resensi
KapanLagi.com/(iin/rit)
Analisa terhadap film Denias, senandung diatas awan

Perkembangan Film Di indonesia Tergolong pesat dalam lima tahun terakhir.Kondisi perfilman Indonesia menurut masyarakat mulai bangkit dan menggeliat tentu tidak hanya karena angin keterbukaan dan kebebasan yang berhembus tapi juga kemampuan teknis dan analisis sineas kita yang semakin menungkat dan kreatifitas dalam menuangkan pesan melalui seni gambar dan fotografis. Keberanian film dalam mengangkat realitas dalam masyarakat patut diancungi jempol.Jadi membicarakan hal yang berkaitan dengan karyanya akan sama dengan bicara tentang keberanian dan idealisme.
Dalam tugas ini saya ingin membahas peran film denias sebagai cermin budaya bangsa yang cenderung lebih bersifat sosiologis.Disamping itu kitapun perlu menyimak unsur-unsur ideologi media dalam suatu fenomena pada ada tidaknyasuatu kebebsan dalam masyarakat.
Film denias ,Senandung Di Atas Awan ini memang film yang mengusung tema pendidikan.Sebuah langkah yang terbilang berani,di tengah derasnya tema horor dan percintaan remaja. Film Ini berdasarkan kisah nyata dari seorang anak papua Yang bernam Janias yang kini bersekolah di Darwin,Australia.Sosoknya ditransfer menjadi Denias(yang diperankan Oleh Albert Farkdawer).Denias berasal dari sebuah suku yang tinggal di kaki gunung Jayawijaya yang selalu diselimuti kabut.
Cita-cita itu juga berkat dorongan tiga Orang.Pertama ibunya yang mengajar di sekolah darurat. Dari guru itu ia mendapat kisah dan semangat jack dan kacang polong itu. Dia ingin seperti jack yang melihat dunia setelah memanjat pohon kacang yang tumbuh ke langit. Pohon itu adalah pendidikan. Banyak kendala yang hampir membuat Denias tidak melanjutkan sekolah.Denias nyaris Putus Asa. Apalagi kemudian orang yang menyemangatinya pergi satu persatu.Namun pesan mereka agar Denias tetap Sekolah membangkitkannya. Dia pun kabur dari rumah.
Film ini tidak saja mendramatisasi perjuangan seorang anak, tetapi juga potensi alam papua.Hutan yang masih perawan ,pegunungan yang diselimuti salju,hewan langka serta adat primitif. Dari sini juga sosiologis perlakuan diskrimisasi yang dialami denias ditampilkan.
Dalam tahapan normal, budaya media bergerak dari budaya lisan ke budaya cetak/tulisan baru kemudian ke budaya elekrtonik.Kebaranian tim pembuat film Denias untuk mengambil sudut pandang yang berbeda dari kebanyakan film Indonesia lainnya yang selalu sangat mementingkan Daerah Ke"jawaan" patut dipuji dan diteladani.Semua Ini dicapai dengan menggunakan banyak gambar-gambar yang menonjolkan keindahan alam budaya Irian.
Film Denias menekankan betapa pentingnya pendidikan bagi semua rakyat Indonesia.Penekanan yang seharusnya menjadi suatu pesan sosial ini menjadi problematik karena dapat menimbulkn pemikran satu arah mengenai institusi pendidiakan dan penggambaran bahwa kehidupan tradisional adalah suatu pembodohan dan keterbelakangan.Denias yang mempunyai tekad dan usaha tinggi Untuk menjadi anak Indonesia Raya.Dari sini terlihat perbedaan sudut pandang Film Denias dari Film-Film yang mengangkat tema sosial lainnya.Seperti Film art ala Asia yang cenderung lebih membuka permasalahan sosial dan politik yang dibahas dalam Film tersebut.
Dibagian Akhir tulisan ini ,saya ingin sedikit berpendapat bahwa film Denias telah menunjukan suatu Ke_Indonesian yang lain dari Pulau Jawa.Dengan Makna Kultural dari produk media Film ini ,melihat isi media diinterpretasikan termasuk di dalamnya yaitu interpretasi dominan dan opposisional Dengan Konsep Cerita yang tidak mengada-ada,Film Denias telah menuturkan cerita Indonesia yang belum banyak diketahui dan harus lebih banyak didengar.Mungkin Film Denias ini adalah indikasi dari sebuah kesadaran akan ke-Bhinekaan nya Negeri Indonesia.Sehinngga Kelestarian Negeri Indonesia Raya harus tetap dijaga untuk keberhasilan membangun suatu Negeri yang Bhineka Tunggal Ika
 
Bisa jadi, film yang ditujukan untuk menjadi tontonan keluarga ini memang dibuat untuk menghibur sekaligus menyentil pihak-pihak (yang menyadari) akan kurangnya semangat multikulturalisme dan kesadaran akan pentingnya pendidikan yang hingga saat ini masih belum dimiliki sepenuhnya oleh bangsa kita di tengah kemajemukan yang tersebar dari Sabang sampai
Merauke. Kurang lebih itulah amanah yang menurut saya disampaikan secara halus dan tanpa memberikan kesan menggurui disampaikan oleh film ini. Dan sebagai akhir dari awal, jika saya harus mengakhiri, dari hasil analisis yang telah saya paparkan di atas dapat saya ambil kesimpulan bahwa film Denias, Senandung di Atas Awan memang layak meraih penghargaan yang telah diperolehnya karena telah berhasil menyampaikan tujuan dalam tema yang dimaksud oleh sutradara dan produsernya, bahwa setiap individu layak memperoleh pendidikan secara layak
.

Analisa fil luar negeri
Judul : 

Harry Potter and The Half Blood Prince

Sutradara : David Yates
Pemain : Daniel Jacob Radcliffe,Emma Charlotte Duerre Watson, Thomas Andrew Felton,Rupert Michael Grint
Penulis naskah : J.K. Rowling

Analisa film
Avada kadabra…!! Kutukan paling mematikan dan dilarang di negeri sihir. Mantra itu akhirnya terucap dari mulut Severus Snape dalam film Harry Potter and the Half Blood Prince. Film yang sedang booming ini memang layak diacungi jempol, selain alur ceritanya bagus, teknologi pembuatannya pun cukup menarik.
Dalam permulaan film Harry Potter and the Half-Blood Prince, diperlihatkan langit kota London yang kelabu, tiba-tiba Millenium Bridge, sebuah jembatan di London berguncang. Kabel-kabel penyangga jembatan itu satu persatu putus, dan semua pejalan kaki berlarian. Bagaimanakah teknologi pembuatan scene tersebut?
Permulaan yang dramatik tersebut ternyata menggabungkan dua shot dari objek riil dan objek hasil komputer. Millenium Bridge yang ditampilkan sebelum roboh, itu merupakan gambar asli yang terdapat di London. Namun, ketika jembatan mulai berguncang, melilit, dan roboh, filmmakers membuatnya di virtual plate.
Mereka membuat jembatan beserta kota London yang komplit dalam komputer. Di samping itu, mereka meng-create sebuah photorealitic computer generated yang menggambarkan jembatan dengan orang-orang di dalamnya.
Di samping itu, untuk mengambil High Dynamic Range Image (HDRI) dalam bentuk foto Millenium Bridge dan sungai Thames, Double Negative (tim pembuat Half-Blood Prince) bahkan bekerja sama langsung dengan arsitek jembatan itu. Hal ini untuk memudahkan rancangan jembatan yang akurat.
Burke, supervisor dari tim ini mengatakan, tim yang beranggotakan lima hingga 20 orang ini butuh beberapa bulan untuk membangun jembatan versi komputer ini. Pengerjaan tersebut meliputi texture dan pemasangan lainnya dalam bentuk 3D animating program Maya. Aplikasi ini juga menggunakan HDRI photography untuk membuat tekstur dan detail dengan benar.
Selain scene Millenium Bridge, dalam film Harry Potter ini penonton diperkenalkan dengan inferi. Sebuah makhluk yang menyerupai zombie. Makhluk ini berbondong-bondong keluar dari bawah air. Mengesankan.
Ketika meng-create inferi, David Yates, Director film Harry Potter and the Half Blood Prince menjelaskan, dirinya bahkan bekerja sama dengan George Luca’s VFX Company, Industrial Light & Magic (ILM) untuk membantu meng-create karakter ini. Mereka menggunakan 2D concept art, seperti halnya untuk ukuran tubuh, kulit, dan tentunya pergerakan dari inferi tersebut.
Memang, bukan pekerjaan mudah untuk membuat penonton film tersenyum, tertawa, ketakutan, bahkan menangis. Dan hasilnya? Adalah sebuah adegan yang cukup impressive. Selamat menikmati kreasi dari kecanggihan teknologi dalam Harry Potter and the Half Blood Prince